Bappeda Purworejo Ikuti Sosialisasi DED Main Gate, Jembatan dan Pagar Keliling Kawasan Borobudur Highland Seksi Nglinggo-Sedayu via Zoom Meeting

By bidang_epw 10 Feb 2021, 14:32:53 WIB Bidang PPMPSDAIK

Berita Terkait

Berita Populer

Bappeda Purworejo Ikuti Sosialisasi DED Main Gate, Jembatan dan Pagar Keliling Kawasan Borobudur Highland Seksi Nglinggo-Sedayu via Zoom Meeting

Pada tahun 2020, BOB telah menyelesaikan penyusunan DED main gate, jembatan, dan pagar keliling Kawasan Borobudur Highland Seksi Nglinggo Sedayu dengan Konsultan Perencana PT. Massuka Pratama KSO PT. Dhika Architama. DED tersebut disusun sesuai dengan dokumen Masterplan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun zona gerbang masuk (main gate) berada pada lahan seluas 57,08 Ha atau sebesar 18,47% dari total seluruh zona pengembangan Kawasan Borobudur Highland. Beberapa batasan desain arsitektur dalam masterplan diantaranya bangunan harus mengikuti transformasi vernakuler untuk meningkatkan citra modern dan persyaratan fungsional; struktur atap citra tradisional vernakuler dan konsep bangunan tropis berkelanjutan; menyatu dengan alam dan menghindari citra urban dan monumentalitas yang tidak diperlukan; bahan bangunan dan teknologi disesuakan dengan kapasitas lokal; skala dan proporsi dalam skala komunikatif manusia dan social; serta landscape harus memaksimalkan topografi, meminimalkan cut and fill dan penggunaan infrastruktur yang efisien. Beberapa desain dari masing-masing pekerjaan adalah sebagai berikut :

  1. Gerbang Utama (Main Gate)
  • Perkuatan lahan untuk jalan menggunakan turap, baik dari batu kali, bronjong, maupun tambahan geotextile jika diperlukan.
  • Adanya penambahan lebar jalan sebanyak 3 m di lokasi rawan manuver dan antrian kendaraan besar.
  • Geometri jalan didesain untuk kecepatan kendaraan 15-20 km/jam.
  • Kemiringan jalan sekitar 4-5% ke saluran tepi.
  • Pada area tikungan jalan, kemiringan jalan maksimal sebesar 10% kea rah dalam.
  • Ukuran drainase 30x50 cm berupa saluran terbuka (got U).
  • Pada kasus cut and fill, ketinggian pengeprasan lahan maksimal 4 m dan penimbunan lahan maksimal 1,5 m.
  • Bahu jalan minimal 50 cm kanan kiri jalan.
  • Perkuatan lahan dengan bangunan talud yang dilengkapi dengan saluran diversi/tali air.
  • Permukaan jalan menggunakan buras (taburan aspal) agar kedap air, tidak berdebu dan tidak licin.
  1. Pagar Keliling
  • Terdapat 6 tipe pagar yang disesuaikan dengan lokasi pagar, yaitu Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, Tipe E dan Tipe F.
  • Pada pagar yang terletak di perbatasan 2 kepemilikan lahan dengan jenis lingkungan dan kontur yang sesuai, pagarnya berupa dinding atau tanaman kayu dengan tiang pagar dan pondasi yang cukup kuat.
  • Pada pagar yang terletak di perbatasan 2 kepemilikan lahan dengan jenis lingkungan dan kontur yang berbeda, pagarnya berupa pagar tanaman dengan tiang pagar dengan pondasi berupa pondasi lajur sebagai fungsi talud/DPT.
  • Pada pagar yang terletak dengan perbatasan dengan rencana pengembangan resort/hotel, pagarnya berupa pagar dinding maupun pagar teralis, ataupun pagar tanaman hias, dengan pondasi setempat.
  • Pada pagar yang terletak di perbatasan sungai, maka pondasi pagar berjarak 1-1,5 m dari bibir sungai, tiang pagar berfungsi patok dengan identitas. Jenis pagar bisa berupa pagar tanaman.
  • Pada pagar yang terletak dengan perbatasan jurang/tebing, pagar didesain dengan pondasi cukup kuat, berjarak 1,5-2 m dari bibir jurang dan diusahakan berupa pagar transparan.
  • Pada pagar yang terletak dengan perbatasan jalan, jenis pagarnya transparan dengan tiang estetis dengan identifikasi.
  1. Jembatan
  • Struktur atas jembatan yaitu jembatan pelengkung beton, dengan panjang 54 m, lebar 12 m, pelebaran jembatan 22 m, lebar jalur lalu lintas 7 m, lebar trotoar 2,5 m jumlah span jembatan 10 span dan jarak antar span 5 dan 7,3 m.
  • Penggunaan material beton untuk jembatan telah mempertimbangkan mutu beton (k/fc’), modulus elastisitas beton (E), angka poison (µ) dan berat jenis beton. Sedangkan penggunaan material baja juga telah mempertimbangkan tegangan leleh minimum (fy), tegangan putus minimum (fu), modulus elastisitas baja (E), angka poison (µ) dan berat jenis besi.
  • Desain jembatan juga sudah mempertimbangkan jenis pembebanan, baik berupa berat sendiri jembatan (beban SDL pelat, beban SDL railing dan beban SDL tiang lampu); beban hidup (beban truk, beban lajur “D”BTR, beban BGT, beban rem dan beban pejalan kaki); beban angin (angin hisap, angin tekan, angin kendaraan) dan beban gempa.
  • Dalam mendesain expansion joint telah dilakukan perhitungan deformasi akibat creep, susut beton (shrinkage), dan suhu (temperature); sehingga dapat diketahui lebar minimum celah expansion joint. Dengan kondisi eksisting di lapangan, suhu minimal 18°C dan suhu maksimal 36°C, didapatkan perhitungan deformasi akibat perubahan suhu adalah sebesar 9°C. Sedangkan deformasi akibat shrinkage adalah sebesar 5,082 mm. Dari beberapa factor tersebut, didaptkan hasil perhitungan celah expansion joint adalah sebesar 13,387. Dengan nilai celah expansion joint tersebut, maka jenis joint yang digunakan adalah asphaltic plug joint dengan umur 6 tahun.
  • Untuk desain bearing pad, menggunakan balok dengan dimensi 200x300x41 mm dengan kapasitas maksimasl bearing padnya 75 ton, dengan kombinasi beban ultimate. Sedangkan pelengkung dengan dimensi 600x700x70 mm dengan kapasitas maksimal bearing pad 630 ton, dengan kombinasi beban ulitimate.
  • Trotoar didesain dengan tebal 25 cm dengan tulangan melintang D13-200 dan tulangan memanjang D13-200.
  • Pada struktur bawah jembatan, direncanakan akan memakai 2 abutmen. Struktur abutmen akan menggunakan beton mutu K-350 atau setara 29,05 Mpa, dengan mutu baja (fy) 400 MPa dan berat jenis beton 2,4 ton/m3.
  • Desain abutmen sudah emmpertimbangkan beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas, beban pejalan kaki, beban angin, beban tekanan tanah dan beban gempa.
  • Pada abutmen 1 dan abutmen 2 juga sudah dilakukan pengecekan stabilitas abutmen yaitu control stabilitas abutment terhadap guling dan control stabilitas abutmen terhadap geser.
  • Penulangan abutmen menggunakan 3 tipe yaitu tipe Corbel, Tipe Breast Wall dan Tipe Pile Cap. Baik abutment 1 dan abutment 2, tipe Corbel berupa tulangan lentur D25-100 dan tulangan bagi D19-90. Sedangkan tipe Brest Wall, tulangan lentur D25-100, dan tulangan bagi D16-90. Sedangkan tipe Pilecap, tulangan lentur D25-150 dan tulangan bagi D16-200.
  • Desain pondasi abutment dengan mempertimbangkan gaya aksial yang terjadi. Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah tiang yang diperlukan pada abutment 1 adalah sebanyak 10 tiang. Sedangkan pada abutment 2 jumlah tiang yang dibutuhkan adalah sebanyak 16 tiang. Beban maksimal tiang pada abutment 1 yaitu 42,415 ton. Sedangkan beban maksimal pada abutment 2 yaitu 63,230 ton. Dengan demikian daya dukung tiang pada abutment 1 maupun abutment 2 mampu menahan beban aksial yang terjadi.
  • Berdasarkan software SAP 2000 didapatkan nilai lendutan sebesar 29,744 mm. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai lendutan ijin (L/800) sebesar 66,25 mm. Dengan demikian nilai lendutan pada struktur jembatan sudah memenuhi persyaratan.
  • Pelat lantai jembatan dengan tebal 200 mm, dengan tulangan arah memanjang maupun melintang dipasang D16-200 dengan tebal selimut beton 40 mm. Digunakan CSP dimensi 4,5x1000x442 sepanjang 7 m sebagai alas pelat lantai jembatan.(/fse).