BAPPEDA KABUPATEN PURWOREJO MENGIKUTI KEGIATAN HARI TUBERKULOSIS SECARA DARING

By Pemsosbud 29 Mar 2021, 09:32:07 WIB Pemsosbud

Berita Terkait

Berita Populer

BAPPEDA KABUPATEN PURWOREJO MENGIKUTI KEGIATAN HARI TUBERKULOSIS SECARA DARING

Pada hari Rabu tanggal 24 Maret 2021 mulai pukul 0900 – 11.00 WIB, Bappeda Kabupaten Purworejo mengikuti acara Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021 dilaksanakan secara offline di Grand Mercure Kemayoran dan yang dilakukan secara Daring dengan media Zoom Meeting.

Direktur Jenderal P2P Dr. Dr. Maxi Rondonuwu, DHSM.MARS yang menyampaikan TBC masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Berdasarkan WHO Global TB Report 2020, faktor kurang gizi merupakan faktor risiko tertinggi penyumbang penyakit TBC. Berdasarkan hal tersebut, TBC dan Stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan dan sangat penting untuk dilakukan harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030 dan Penurunan Prevalansi Stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam

Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) diperingati setiap tanggal 24 Maret sebagai secara global. HTBS dijadikan kesempatan untuk mendorong penetapan TBC sebagai isu prioritas pembangunan kesehatan nasional serta harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030.

Tema HTBS 2021, yaitu “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dar iTuberkulosis” dengan sub tema:

  1. “Jadikan Penerus Bangsa Bebas TBC dan Stunting Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga”
  2. “Bersama Eliminasi TBC dan Lawan COVID-19, Bangun Bangsa Sehat dan Berprestasi”

Adapun tujuan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2021 kali ini adalah sebagai berikut.

  1. Menempatkan TBC sebagai isu utama semua sektor di setiap tingkatan
  2. Memperkuat komitmen dan kepemilikan semua pihak untuk berperan dalam upaya program pencegahan dan pengendalian TBC
  3. Meningkatkan sense of urgency Isu Tuberkulosis di Indonesia, baik dikalangan Pemerintah (K/L dan Pemerintah Daerah) dan pada masyarakat pada umumnya
  4. Menunjukkan adanya leadership commitment dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia

Output dari kegiatan tersebut, yaitu:

  1. Meningkatkan komitmen Kementerian/lembaga lain dan Pemerintah Daerah untuk eliminasi TBC
  2. Adanya leadership statement dalam menekankan isu TBC yang harus segera ditindaklanjuti oleh semua pihak
  3. Terbentuknya kampanye dan pesan bersama bersama antara stunting dan TBC yang dapat digunakan untuk sosialisasi secara massive pada masyarakat
  4. Tersedianya media release oleh setwapres berkaitan dengan urgency di Indonesia

Dalam sambutannya Menteri Kesehatan Ir. Budi Gunadi Sadikin , CHFC, CLU menyampaikan ada 316 rakyat Indonesia dari 100.000 yang terkena TBC, target di tahun 2030 menurunkan menjadi 65/100.000 rakyat Indonesia. Kementerian Kesehatan akan mencoba langkah-langkah yang lebih agresif untuk bisa menurunkan TBC mulai dari kualitas pendataan, digitalisasi laporan yang lebih baik, melengkapi infrastruktur, melakukan karantina bagi yang terkena TBC, memanfaatkan semua alokasi anggaran dengan baik.

Menteri Koordinator PMK Republik Indonesia Prof. Dr. Muhajir Efendi, MAP menyampaikan TBC bisa menyerang siapa saja, semua kelompok umur sehingga dapat berpengaruh tidak baik terhadap Sumber Daya Manusia ke depan. Akan segera diterbitkan Perpres yang lebih berisi menekankan jajaran multi sektoral untuk terlibat di dalam intervensi pengendalian faktor resiko.

Dalam sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Aminmenyampaikan Pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi Tuberkulosis pada tahun 200 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam SDGs terkait penanganan TBC.

Arahan penting Wakil Presiden untuk mempercepat eliminasi Tuberkulosis di Indonesia :

  1. Meningkatkan intensitas edukasi, komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
  2. Tingkatkan intensitas penjangkauan ke masyarakat untuk menemukan pasien TBC dan memastikannya masuk ke dalam sistim pengobatan TBC melalui layanan kesehatan yang tersedia.
  3. Penguatan fasilitas kesehatan baik di Puskesmas, klinik atau layanan kesehatan lainnya, penguatan ffasilitas kesehatan ini harus dengan peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan mendiaknosa dan pengobatan TBC serta memastikan ketersediaan obat-obatan TBC.
  4. Memperkuat sistem infformasi dan pemantauan untuk memastikan agar pasien TBC menjalani pengobatan mencapai kesembuhan untuk memutus mata rantai dan menghindari kemungkinan kebal atau resisten terhadap obat TBC.

Upaya penanganan TBC harus didukung semua jajaran pemerintah dan segenap lapisan masyarakat agar tidak ada hambatan sosial ekonomi apapun dalam menjangkau layanan kesehatan yang berkualitas dan pendekatan multisektoral.