Kajian Daya Saing Pertanian Dengan Pendekatan Rantai Pasok Di Kabupaten Purworejo

By litbang 29 Feb 2024, 13:41:41 WIB litbang

Berita Terkait

Berita Populer

Kajian Daya Saing Pertanian Dengan Pendekatan Rantai Pasok Di Kabupaten Purworejo

Memperhatikan kondisi kinerja sektor pertanian melalui indikator utamanya yaitu PDRB sektor pertanian Kabupaten Purworejo yang sangat perlu dioptimalkan, maka Bappedalitbang Kab.Purworejo bekerjasama dengan Pusat Riset Kebijakan Publik (PRKP) BRIN melakukan penelitian dengan judul daya saing pertanian dengan pendekatan rantai pasok. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan dengan menggunakan sampel 3 wilayah kecamatan sebagai penghasil produksi padi tertinggi.

Hasil penelitian tersebut sebagai berikut : 

1. Rantai pasok komoditas pertanian, terutama komoditas gabah melalui empat saluran rantai pasok.  Saluran rantai pasok terpendek melibatkan tiga pelaku pasar, yaitu petani – pengepul desa – konsumen, sedangkan saluran rantai pasok terpanjang melibatkan lima pelaku pasar, yaitu petani, pengepul desa, penggilingan padi, pengecer dan konsumen. Oleh karena itu
margin pemasaran yang diperoleh bervariasi antara Rp 1.000 – Rp 7.500/kg beras, demikian pula dengan farmer’s share bervariasi antara 44,44 % - 85,71%. Margin pasar yang tinggi diikuti dengan farmer share yang rendah, dengan melihat margin pasar dan farmer’s share yang terjadi maka pasar komoditas pertanian, terutama beras di Kabupaten Purworejo cenderung belum efisien. 
2. Faktor internal dan eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya saing pertanian di Kabupaten Purworejo. Hasil Analisa meninjukkan kualitas prediksi kualitas prediksi model faktor internal terhadap daya saing sektor pertanian sebesar 0,586(>0,50). Hal ini menjelaskan variansi variable tersebut sebesar 58,6,5, dalam kategori sedang. Ini berarti, faktor internal yang terdiri dari kualitas produk, harga produk, akses pasar, efisiensi produk, keandalan pasokan, inovasi dan teknologi, keberlanjutan lingkungan dan layanan pascapanen memiliki kontribusi positif terhadap daya saing. Semakin baik faktor-faktor
internal maka daya saing akan meningkat. Adapun kualitas prediksi model faktor ekternal terhadap daya saing sektor pertanian sebesar 0,885>0,50. Hal ini menjelaskan variasi variabel tersebut sebesar 88,5%, dalam kategori kuat. Ini berarti, faktor-faktor ekternal yang terdiri dari kebijakan pemerintah, harga bahan bakar dan energi, harga bahan pertanian, persaingan pasar, kondisi infrastruktur, perubahan permintaan konsumen, dan ketersediaan pasar ekspor yang semakin baik, maka daya saing juga akan meningkat. Hanya satu faktor eksternal yang tidak memiliki pengaruh terhadap daya saing pertanian, yaitu perubahan iklim. Wilayah atau jenis pertanian mungkin mengalami dampak yang berbeda, namun  pertanian di Kabupaten Purworejo lebih mampu menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang terjadi. 
3. Retailer, distributor, dan konsumen memegang peranan yang positif dan signifikan dalam meningkatkan daya saing sektor pertanian di Kabupaten Purworejo. Retailer mampu memediasi hubungan faktor Internal dan Ekternal dalam meningkatkan daya saing pertanian dan membantu petani dalam memasarkan produk pertanian mereka. Peran distributor dalam rantai pasok pertanian di Kabupaten Purworejo yaitu membantu petani mengelola rantai pasok dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi produk pertanian. Sementara itu konsumen berperan dalam menentukan permintaan dan preferensi produk pertanian, serta membentuk tren konsumen. Dengan demikian, produk pertanian yang dapat memenuhi preferensi dan kebutuhan pelanggan secara otomatis akan memiliki keunggulan daya saing. 
Dukungan konsumen terhadap produk lokal dan keberlanjutan dapat memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan praktik pertanian yang berkelanjutan, sehingga mereka menjadi lebih kompetitif di pasar lokal maupun global.
 
Implikasi Kebijakan 
1. Perlu adanya kebijakan afirmatif dari Pemda untuk melindungi harga produk pertanian di masa panen sehingga penghasilan petani relative meningkat sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan rumahtangga. 
2. Pemerintah perlu memfasilitasi petani dalam mengolah gabah menjadi beras yang bersinergi dengan lembaga yang ada di pedesaan (LDMP, Bumdes dan KEP) untuk meningkatkan nilai tambah (value added) produk pertanian sehingga petani memiliki daya saing yang tinggi terhadap produk yang dihasilkan. Nilai tambah dapat berupa peningkatan kualitas produk, pelabelan dan pengemasan dengan branding lokal sehingga dapat memperpendek rantai pasok, serta perlu pelatihan dan pendampingan pemasaran secara digital.  
3. Pengembangan infrastruktur pasca panen dengan pembangunan gudang penyimpanan modern, dan fasilitas pengolahan, serta merevitalisasi lumbung pangan sebagai kearifan lokal yang berfungsi sebagai penyedia bahan pangan ketika terjadi perubahan iklim, sebagai ketahanan pangan lokal dan meningkatkan daya tawar petani ketika harga beras naik 
4. Memfasilitasi petani mudah mendapatkan dukungan finansial melalui program subsidi atau pinjaman dengan bunga rendah untuk investasi dalam peralatan dan infrastruktur yang diperlukan.