KOORDINASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI UNTUK MENDUKUNG KONEKTIFITAS DESTINASI PARIWISATA BOROBUDUR DENGAN DESTINASI PENYANGGA (GUNUNG SEWU GEOPARK)

By litbang 02 Agu 2019, 14:41:10 WIB litbang
KOORDINASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI UNTUK MENDUKUNG KONEKTIFITAS DESTINASI PARIWISATA BOROBUDUR DENGAN DESTINASI PENYANGGA (GUNUNG SEWU GEOPARK)

Keterangan Gambar : Rakor Dipimpin Langsung Oleh Deputi Kemaritiman Sekretariat Kabinet Agustina Murbaningsih bertempat di Hyatt Hotel and Resort Yogyakarta


Rakor dipimpin langsung oleh Deputi Kemaritiman Sekretariat Kabinet Agustina Murbaningsih dihadiri oleh Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah dari Kabupaten Purworejo, Magelang, Kulon Progo, Sleman, Gunung Kidul, Pacitan, Prov Jateng, Jatim dan DIY serta akademisi dari Pusat Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada. Rapat ini merupakan tindak lanjut dari rapat terbatas di Istana Negara tentang Pengembangan Destinasi Prioritas tanggal 15 Juli 2019 yang sebelumnya juga pernah diselenggarakan di Semarang dengan mengundang Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah lokasi Badan Otorita Borobudur di Semarang;

Pada kesempatan tersebut Deputi Kemaritiman mendorong Kementerian PPN/BAPPENAS agar mengalokasikan infrastruktur untuk pendukung pariwisata utamanya pada 4 prioritas yaitu: Toba, Mandalika, Borobudur, dan Labuan Bajo. Selain itu juga perlunya mendukung adanya backbone kawasan industri di Jawa Tengah yaitu di Kendal, Brebes. Kebijakan baru dari Pemerintah adalah untuk mengintegrasikan kawasan pariwisata di DIY – Jawa Tengah – Jawa Timur dengan jajaran Gunung Sewu menjadi pengikat 3 Provinsi di Jawa bagian selatan dengan mengembangkan potensi pariwisata khususnya  Gunung Sewu Global Geopark yang saat ini tengah disiapkan payung hukumnya.

Dari PUSTRAL UGM selaku narasumber akademisi pada pertemuan tersebut menyampaikan bahwa pelaku transportasi udara di Yogya cenderung untuk urusan wisata dan keluarga bukan untuk bisnis. DI tahun 2046 akan ada 25juta penumpang berkunjung di Bandara di Yogyakarta yang kapasitasnya hanya 1/3 dari Sukarno Hatta (setara Terminal 3)

Sementara mengingat Bandara Adisucipto sudah banyak obstacle yaitu:

  • Perkotaan masuk wilayah merah kawasan bahaya kecelakaan,
  • tidak ada lagi lahan tersedia untuk pengembangan
  • candi-candi di timur bandara

Temon merupakan alternatif yang paling feasible dari 7 lokasi alternatif yang awalnya diajukan karena mempunyai impact paling kecil. Bandara baru ini nantinya akan melayani pesawat sampai ukuran code E dan Code F (pesawat tipe besar) yang diharapkan akan menjadi pintu kedua setelah Bali karena akan ada pesawat dengan penerbangan langsung dari negara-negara Australia dan Eropa.

Hanya saja rapat koordinasi ini belum merumuskan action yang akan dilakkukan oleh Kementerian/Lembaga terkait ataupun dukungan Pemerintah Daerah yang diharapkan. Disamping itu, fokus pembahasan justru lebih Yogya centris karena masih melihat Yogya sebagai destinasi dengan kehadiran bandara YIA, kurang mellihat potensi pengembangan pariwisata pada hinterland bandara di wilayah Kedu meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang.

Menghadapi kehadiran PSN khusunya Bandara YIA dan BOB, maka Pemerintah Kabupaten Purworejo harus segera menangkap peluang tersebut sebagai isu lingkungan eksternal terbaru dengan menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan yang lebih responsif dan tidak terjebak dengan kegiatan-kegiatan rutin yang sudah ada. /awn